Dalam lontar Siwagama dikisahkan para Bhuta datang berduyun-duyun menyembah Bhatari Durga di Setra Gandamayu. Dalam kisah itu suasana senang para Bhuta lantaran nenek moyang mereka akan datang.
- Qanun Jinayat Direvisi, Pelaku Kekerasan Seksual akan Dicambuk dan Dibui
- Bawaslu Kabupaten Bandung Temukan 534 Orang Dicatut jadi Pendukung Bakal Calon DPD
- DPRD Minta Dukcapil Jemput Bola Urus Administrasi Warga Korban Depo Plumpang
Baca Juga
Dikisahkan dalam lontar itu mereka atau para Bhuta itu sangat senang dengan kedatangan moyangnya, di mana mereka yang berwajah menakutkan itu akan mendapatkan hidangan daging segar dari bayi-bayi atau para remaja manusia.
Daging-daging segar yang berasal dari manusia itu tadi kemudian direbus akan disantapnya sebagai tumbal. Para Bhuta akan memanfaatkan keahlian mereka sebagai siluman yang tak kasat mata manusia untuk menculik bayi-bayi atau anak remaja.
Terlebih tempat mereka adalah di kuburan, tempat yang dianggap menakutkan bagi manusia. Kemudian, Sang Kalika memohon ajian Aji Bhicari kepada Bhatari Durga. Agar usaha Kalika berhasil diperlukan sajian manusia sebagai tumbal untuk disantapnya.
Kemudian berbagai ritual mereka (Kalika dan para abdinya) lakukan seperti ritual Manesti, Meneluh, dan Meneranjana. Keutamaan ajaran suci yang disalahgunakan ini Bhatara Durga membekali Kalika penerapan ajian racun Kalakuta dan ajian Genirahasyamuka untuk menyembunyikan wajah asli mereka dan mengambil bentuk sebagai bola api (agni jyotisa). Hal itulah anugerah Bhatari Durga kepada Sang Kalika dalam hal ilmu Bhicaruka.
Dalam filsafat Vedanta, Durga atau Mahalaksmi adalah sakti adalah kekuatan tertinggiTuhan (Siva) yang dipersonifikan. Sakti adalah Mahavidya karena dia memberikan kebahagaiaan rohanidan pengetahuan jhana (Brahmavidya) kepada penyembah Tuhan. Namun, sakti juga adalah Mahamaya karena dia memberikan ilusi dan kegelapan kepada jiwa-jiwa yang terikat.
Sebagai contoh ketika para siluman menjebak anak-anak ketika mereka melihat bola-bola yang terbuat dari api begitu menyenangkan sehingga mereka sangat ingin menyentuhnya. Tapi, usai mereka menyentuh bola-bola api tersebut tangan mereka akan terluka.
Panas api tersebut tidak mempertimbangkan dipegang oleh anak-anak atau siapapun, api tidak akan pilih kasih dan akan bertindak sebagaimana sifatnya sebagai energi (sakti) yang melampaui dualitas (baik dan buruk). Seperti itulah praktek pemujaan Hyang Bhairavi di dalam tantra yang berkonotasi ilmu sihir dan penuh resiko.
- Perusahaan Tambang Dinilai Belum Serius Perhatikan Hak Warga Sekitar
- Sebelum Pensiun, Gubernur Anies Resmikan 100 Taman Maju Bersama
- Komunitas Terowongan Kendal Bakal Gelar Fashion Show di Thamrin 10